Sabtu, 28 Desember 2013

Sisi Lain Lampung Dan Saya

Selama setahun ini sejak akhir tahun 2012 saya sudah beberapa kali bertandang ke Lampung untuk urusan kerja, disana saya harus memberikan materi edukasi ke banyak sekolah dari tingkat SD sampai SMA juga ke lingkungan warga masyarakat sekitar kawasan hutan. 
Dari ke lima kunjungan tersebut yang cukup berkesan adalah disaat awal yaitu sekitar bulan November 2012 dimana pada saat itu intensitas Kili menyusu (ASI) masih cukup sering, syukurlah tempat saya bekerja cukup toleran tidak memperasalahkan saya keluar kota membawa serta anak dengan catatan pastinya saya harus membawa Teh Yatmi (pengasuh-Kili) sehingga pekerjaan utama tidak terganggu. 
Selain saya ada seorang teman kantor namanya Diaz dan diantar oleh seorang supir beserta mobilnya heheh... Perjalanan dari Bogor pada waktu itu pagi hari sekitar pukul 8 pagi menuju Lampung otomatis barang bawaan cukup banyak karena selain kebutuhan edukasi juga keperluan pribadi masing-masing (termasuk Teteh dan Kili).

TehYatmi dan Kili diatas kapal Fery.
Memang bukan pengalaman baru untuk Kili bepergian jauh tetapi bagi Teteh adalah kali pertama dia keluar Bogor selain pergi ke Jakarta & Bandung untuk mengunjungi sanak saudara itu pun tidak pasti setahun sekali, senang rasanya bisa bekerja tanpa harus meninggalkan anak yang masih usia 1,5 tahun untuk diajak serta selain juga dapat memberikan kesempatan Teteh untuk melihat dunia luar selain kabupaten Bogor tempat dia lahir dan hidup selama ini.
Perjalanan dari Bogor sampailah di pelabuhan Merak-Banten menuju Pelabuhan Bakauheni-Lampung, selain menikmati perjalanan laut perjalanan darat kali ini adalah pengalaman pertama dan cukup jauh bagi Teh Yatmi. Terlihat dari raut wajahnya Teteh cukup menikmati selama dalam perjalanan sambil sesekali dia bilang seneng bisa diajak pergi ke beberapa tempat yang selama ini belum pernah dikunjungi.
Bersama Kepala Sekolah dan teman kantor dilapangan.
Kembali ke topik Lampung, yang ingin saya sampaikan disini adalah sisi lain yang menarik dari Lampung sebagai lokasi kerja saya. Tempat saya bekerja mempunyai program pelepasliaran satwa liar Kukang sumatera (Nycticebus coucang) di kawasan Hutan Lindung Batutegi Lampung, dan tugas saya adalah sebagai staff Edukasi dan Penyadartahuan yaitu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang nilai penting kawasan dan sebagai habitat alami satwa liar.
Peta sederhana kawasan HL. Batutegi Lampung.
Menyenangkan mendapatkan kesempatan bisa bekerja di bidang ini karena tidak hanya dapat berkunjung ke lokasi yang berbeda tetapi juga ikut belajar tetang sebuah perbedaan dan suasana masyarakat sosialnya, kesan pertama kali datang di Lampung adalah berasa ada di Jawa (kampung halaman) karena hampir semua orang menggunakan bahasa Jawa sesekali ada yang menggunakan bahasa Sunda bahkan cenderung "susah" mendapati masyarakat yang menggunakan aksen Sumatera, sampai saya sempat terfikir "dimanakah warga asli Lampung? jangan-jangan sudah mulai tersingkir karena sudah minoritas di daerahnya sendiri".
Menyeberang bendungan menuju salah satu desa dikawasan.
Selama kerja di Lampung biasanya saya menghabiskan waktu 1 minggu setiap 3 bulan sekali, disana kami selalu tinggal di rumah Pak Ba'in, keluarga Ba'in bukan orang asing bagi kami karena selain keluarganya ramah untuk siapa saja untuk bertandang ke rumahnya, Pak Ba'in adalah orang asli Madiun Jawa Timur yang sudah sejak tahun 1970an mengikuti program transmigrasi ke Lampung. Apakah masih berkarakter orang Jawa? tentu saja karena tidak hanya pak Ba'in ternyata ribuan keluarga di Lampung secara luas adalah berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat bahkan Bali sebagia kecilnya sehingga berasa tanah Jawa berpindah di Lampung tidak hanya orangnya tetapi nilai-nilai budayapun juga terus terbawa.
Hal lain adalah munculnya beberapa kasus konflik yang terjadi di Lampung, berdasarkan data dan referensi menyebutkan ada beberapa hal yang memicu terjadinya konflik di Lampung antara lain karena kondisi masyarakat yang begitu beragam sehingga memicu pergesekan antar kelompok etnis adanya pertikaian-pertikaian antar warga. Keberagaman etnis dan suku di Lampung karena sebagai daerah transmigrasi sejak era kepemimpinan presiden Soeharto, beberapa daerah mampu menghilangkan dinding pembatas antara masyarakat pendatang dan pribumi tersebut.
Potensi alam Lampung sangat luar biasa dengan hasil sumber daya alam dan tanah subur yang saat ini terus menjadi daerah penghasil rempah-rempah terbesar di Indonesia salah satunya kawasan sekitar Hutan Lindung Batutegi merupakan penghasil terbesar karet, kopi, lada, kakao (coklat) sampai kayupun juga didapat dari kawasan ini, hhheemmmm... dari kalimat saya diatas mari kita berfikir kenapa bisa Hutan Lindung menghasilkan sumber pertanian?? iya itulah salah satu permasalahan disebagian kawasan Hutan yang seharusnya menjadi kawasan dilindungi yang harus dijaga dengan tidak boleh dimanfaatkan untuk bercocok tanam apa lagi sebagai permukiman warga, data terakhir dari KPHL. Batutegi 2012 menyebutkan bahwa dari total sekitar 58.000Ha ternyata hanya tersisa 23 % yang masih bagus, dalam artian 77 % sudah berubah fungsi menjadi lahan bercocok tanam dan sebagai permukiman warga. Apakah hal ini menyalahi hukum? wooo... saya juga tidak berani menjawabnya karena akan sangat dilema karena sudah turun temurun warga memanfaatkan kawasan sebagai lahan untuk bertani dan tempat tinggal.
Warga menjemur kopi dihalaman, kopi hasil berladang di kawasan HL. Batutegi Lampung
Kkawasan HL. Batutegi juga penghasil terbesar lada (merica).
Seorang ibu sedang memilah lada yang nantinya akan diolah kembali, matang/merah menjadi lada putih dan yang hijau menjadi lada hitam dipasaran.
29 sekolah disekitar kawasan Batutegi sudah saya datangi, kesan yang tidak akan saya lupakan adalah medan menuju lokasi sekolah dari rumah masing-masing murid cukup berat mereka biasanya berjaan minimal 1-10 km bisa menggunakan kendaraan motor (usia sekolah dasar diantar orang tua) yang dimodifikasi sampai harus berjalan kaki tanpa alas kaki (sepatu).
Salah satu bagian bangunan sekolah sekitar kawasan.
Yang paling menyedihkan adalah guru dan murid bisa saja dalam seminggu cukup datang beberapa hari saja karena medan yang berat dan jauh sehingga sudah menjadi toleransi bagi siapa saja. Yaaa datang syukur gak datang tidak menjadi masalah, trus bagaimana dengan hasil belajar maupun pengajarnya apakah berkwalitas?? kembali saya tidak dapat menjawab, saya hanya bisa berkata dalam hati "masih jauh beruntung saya tinggal di dekat Kota dengan pendidikan apapun tinggal memilih".

Tidak hanya bangunan tetapi juga jauh dari fasilitas sekolah yang layak.
Satu hal lagi menjadi pemikiran saya bahwa hasil pertanian yang melimpah membuat masyarakat terkonsentrasi menjadi petani tidak terfikir bagaimana menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya yaaa minimal SMA bahkan S1, bisa dibayangkan sekali panen lada untuk lahan 1 Ha menurut pak Ba'in bisa mencapai 80-100jt untuk tahun ini 2013 wouwww bagaimana tidak menggiurkan, akhirnya selain tidak ada motifasi dan contoh masyarakat sekitar tidak banyak anak-anak merasa cuku sampai SMP saja karena dengan meneruskan lahan orang tuan bahkan membuka lahan sudah bisa menghasilkan keuntungan yang cukup baik tidak harus sekolah terlalu tinggi. Yaaa...semoga kedepan ada perbaikan menyeluruh dalam sistem dan SDM pengajar sehingga dapat menciptakan generasi penerus berkwalitas di daerah ini, Amien...(berdoa sepenuh hati).
Pengalaman saya selain dapat mendarat di Lampung adalah dapat menikmati kealamian dan kepolosan masyarakatnya cukup memberikan kesan dan ingin selalu kembali ketempat ini, saya menyebutnya Jawa di daratan Sumatera.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar