Tak terasa 6
tahun sudah saya akhirnya kembali ke tempat ini, yaaah “Yogyakarta memang
istimewa” istilah untuk mengungkapkan keunikan DIY, salah satu daerah provinsi
di Indonesia ini. Pagi itu 14 Desember 2013 tepat pukul 07.30 saya sampai di
rumah Ciapus Bogor perjalanan dari Lampung menggunakan bus untuk urusan
pekerjaan dikantor memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar kawasan
Hutan Lindung Gunung Rajabasa Lampung sebagai rangkaian kegiatan untuk
mempersiapkan sebagai lokasi pelepasliaran satwa dilindungi.
Bagi saya
sekarang bepergian keluar kota beberapa hari untuk urusan kerja maupun sekedar
melepaskan penat sudah biasa meskipun intensitasnya juga tidak sepadat
orang-orang perkotaan pada umumnya. Setelah komunikasi lewat telephone
dengan suami yang sudah 1 hari berada di Yogyakarta menyuruh bersama
Kilimanjaro segera menyusul langsung saja segera bergera karena memang saya sudah
menginginkan kesana.
Setelah me-lobby
seorang teman kantor untuk bagaimana memesan tiket di tempat biasa langganan
akhirnya tiket pesawat murah Jakarta-Yogyakarta di hari itu juga sudah
ditangan, keberangkatan saya kali ini pukul 19.00 wib itu berarti 5 jam sebelum
keberangkatan harus sudah meluncur menuju bandara. Tidak menjadi sebuah
kepanikan yang berarti bagi saya kalau harus berangkat kemana-mana membawa anak
batita untuk mempersiapkannya, seperti sudah biasa diluar kepala sebagai ibu
apa saja yang harus saya bawa.
Pukul 14.00 wib
saya sudah siap berangkat menuju bandara, 1 rangsel dipunggung, 1 tas
perlengkapan Kilimanjaro dan 1 tas tenteng berisi makanam dan perlengkapan yang
mungkin saja akan diperlukan selama di perjalanan.
Hujan tetap saja
tidak mau beranjak dari Bogor tetapi saya juga harus berangkat, untuk
memudahkan kembali ke rumah akhirnya saya menggunakan motor butut kesayangan, di balik jas
hujan semua perlengkapan bawaan dan menggendong Kili kita sudah siap
untuk meluncur.
Tidak mudah
memang membawa bawaan banyak (rangsel dipunggung) dan menggendong bayi dan
menyetir motor hujan deras pula, kalau dipikir-pikir membahayakan bagi bayi
saya tetapi keadaan seperti ini sudah biasa saya lakukan mengerjakan sendiri
pada saat tidak ada suami keluar kota untuk urusan kerja.
Bersamaan dengan
hujan dibalik jas hujan tangan kanan memegang gas motor dan tangan kiri
sesekali saya lepas untuk menenangkan Kili dengan menepuk-nepuk pantatnya dan
terus menyayi lagu anak-anak agar selalu tenang selama dalam perjalanan, dan
akhirnya benar Kili sudah tertidur pulas padahal barus 10 menit perjalanan
diatas motor, dalam keadaan hujan yang nyaris deras, kondisi seperti inilah yang membuat saya sudah
terbiasa menyetir menggunakan 1 tangan saja karena tangan kirin menahan kepala
Kili yang sedang tidur, 1 jam sudah diperjalanan kami sampai di poll bus
damri menuju bandara Soekarno Hatta Cengkareng Jakarta.
Hari itu rupanya
hujan rata dimana-mana tidak hanya di Bogor tetapi juga disepanjang Jakarta
sehingga membuat perjalanan menuju bandara juga agak terhambat karena macet,
benar saja jam menunjukkan pukul 17.56 wib tepat 1 jam sebelum jadwal pesawat
sudah harus lapor masuk pintu masuk bandara, nyaris 3 jam perjalanan kali ini
dari Bogor. Sempat khawatir ketinggalan pesawat karena beberapa
bulan sebelumnya saya sudah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan 10 menit
sebelum keberangkatan bersama suami dan anak kami sudah tidak bisa masuk
ceck-in karena sudah sangat terlambat pesawat sudah siap boarding, pada saat
itu juga dengan tujuan yang sama ke Yogyakarta untuk urusan kerja.
Awalnya emang berasa ribet kalau membayangkan kerja sambil bawa krucil, tetapi lama-lama anak juga terbiasa melihat apa yang dikerjakan orang tuanya sehari-hari. |
Malam pukul 20.30
wib itu sampai juga saya di bandara LA. Adi Soecipto Yogyakarta, hal yang
selalu berkesan adalah sudah ada 2 kawan lama yang menjemput kami, kawan lama
itu bernama Odie Mahadma dari Semarang dan Erick Julian asli Yogya dengan mobil
APV hitam sudah nangkring didepan pintu keluar bandara. Berasa sangat istimewa
karena di mana saja selalu merasa banyak sodara yang tanpa diminta teman-teman
menyambut kami tidak hanya sekedar menjemput bahkan menawarkan rumah bahkan
kost-kostan untuk tinggal selama di tempat tujuan.
Kali pertama Kili tidau di tenda. |
Kami berempat
tidak langsung menuju lokasi kegiata karena juga harus menunggu 1 teman lama
kami juga datang dari kota lain, meluncurlah kami meluncur ke Bumi perkemahan
Wonogondang, daerah ini cukup
dingin dan berasa menyatu dengan alam meskipun tidak sepenuhnya berada di hutan.
Kegiatan kali ini
suami diminta memberikan presentasi dalam sebuah kegiatan “Jambore
Orangufrieds” dari COP (Center for Orangutan Protection) sebuah organisasi
perlindungan satwa khususnya fokus jenis spesies Oran gutan di Indonesia, moment
kali ini sangat berkesan karena pendiri dan sebagian staff organisasi ini adalah
kawan-kawan lama saya dan suami di organisasi ProFauna Indonesia tempat kami dulu
sekitar akhir tahun 1998 sampai pertengahan tahun 2006. Sudah pasti cukup lama
kami berteman diantaranya sekitar 5-12 tahun yang lalu dan sampai sekarang kami
juga masih bersilahturahmi dan terus komunikasi meskipun hanya lewat media sosial.
Masih sangat
banyak sebenarnya kawan-kawan lama kami yang sudah berumah tangga, bekerja dan
menyebar ke banyak daerah mendambakan suatu saat dapat bertemu kembali sekedar
ngobrol dan ngopi sambil mengenang masa-masa muda tidak hanya sekedar apa
kabar? Sudah berapa anak kamu? Dan bagai mana kabar teman yang lainnya?...
Selesai sudah
hari itu kami mengikuti kegiatan hari itu, tak lupa kita juga berkunjung ke rumah
salah satu kawan Okie Kristanto yang kebetulan tak jauh dari rumah Daniek di
daerah di Gondanglegi Yogyakarta. 2 jam lebih tak terasa ngobrol gayeng bersama
mbak Anita istrinya sesekali diributkan tingkah Kilimanjaro yang membuat ruang
tamu basah karena air kolam ikan berantakan kemana-mana, sungguh keluarga yang
bersahabat berangkat dari pertemanan dengan kesenangan yang sama menyatu dalam
hubungan pernikahan, tidak ada canggung satu sama lain bagaimana mereka
berkomunikasi tidak hanya karena mereka pasangan suami istri tetapi pertemanan
yang menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan.
Hari ke-2 kami di
Yogyakarta jam dinding menunjukkan sekitar pukul 20.00 lebih akhirnya kami
pamit, setelah mencari makan malam sambil bercengkrama kembali dengan kawan Daniek,
Hery dll kami nebeng mobil mereka ke arah Malioboro mencari penginapa di jalan
Sosrowijayan, kebetulan mereka menuju Sumatera untuk agenda evakuasi satwa,
sunggung anak-anak muda dengan semangat tinggi terus bergerak untuk
perlindungan satwa liar di negeri ini.
Bersama keluarga kecil kali ini Kilimanjaro sampai juga di Jogjakarta. |
Sampai juga di
penginapan murah meriah barokah kami bertiga langsung langsung tertidur pulas
termasuk Kili tak mau lepas dari “memem”. Hari Senin 16 Desember 2013 pagi
pukul 7 pagi kami masih malas-malasan tidak mau beranjak dari kamar hotel
karena memang masih capek apa lagi membangunkan dan memandikan Kilimanjaro
harus dengan tangisan berontak tidak mau diajak kerja sama. 40 menit berlalu
kami sudah siap menuju lantai 3 untuk mengambil jatah sarapan pagi, menu yang
kami pilih adalah nasi goreng, saya menyebutnya nasi goreng biasa karena memang
masih jauh lebih enak yang biasa saya buat di rumah heheh... (berasa saya sudah
hebat dan sombong kali ini).
Sarapan beres
kami segera meluncur menuju Malioboro, rupanya Kili cukup menikmati liburan kali
ini sepanjang jalan terus berlari tidak mau digendong sambil sesekali berhenti hanya untuk melihat kuda delman disepanjang jalan. Dan setelah capek kili rupanya agak rewel sambil sesekali terus meminta "memem", anakku ini sekarang usianya sudah 2 tahun 5 bulan tetapi masih belum bisa disapih.
Baru liat lagi kalau sudah ada patung ini... entah saya tidak tahu maksudnya apa. |
Tidak banyak yang kami lakukan di Yogyakarta kali ini, hanya sekedar melewati pagi di Malioboro sambil membeli sedikit makanan kecil dan makan di angkringan depan pasar Beringharjo setelah menjelang siang kami segera kembali ke penginapan dan menuju shelter angkutan umum Trans-Jogja didepan jalan Sosrowijayan mengambil jurusan terminal Giwangan untuk berganti moda bus "Sinar jaya" antar propisi kembali ke Bogor.
Memang tidak lama kami menginjakkan kaki kembali ke Yogyakarta tetapi cukup berkesan, hal utama yang menjadi catatan perjalanan kali ini adalah menjaga tali silahturahmi dan menikmati sedikit waktu bersama keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar